Jurnal Refleksi Dwi Mingguan Aksi Nyata Modul 3.3

 

Jurnal Refleksi Dwi Mingguan

Pendidikan Guru Penggerak

Aksi Nyata Modul 3.3

 

Penulis : Hasriani, S.Pd.

Unit Kerja : SMA Negeri 1 Malunda

CGP Angkatan 7, Kabupaten Majene Sulawesi Barat

 



Saya akan menulis Jurnal Refleksi Dwi Mingguan dari pengalaman pada Aksi Nyata Modul 3.3 yang membahas tentang Coaching untuk Supervisi Akademik. Model refleksi yang saya gunakan adalah Model 4F (Facts, Feelings, Findings, Future).

  1. Peristiwa

Pada Tahap B (Buat pertanyaan Umum)

    One Student One Book merupakan suatu program yang berfokus pada pengembangan kreativitas dan melatih keterampilan menulis untuk menciptakan karya sastra berupa buku antologi puisi/cerpen. Program ini berasal dari kegelisahan peserta didik, yang ingin memenuhi kebutuhan literasi membaca buku sastra, yang stoknya sangat minim di perpustakaan SMA Negeri 1 Malunda, akibat gempa dan banjir bandang.

Langkah awal yang saya lakukan, yaitu: Berkoordinasi dengan kepala sekolah/wakasek kurikulum untuk meminta kebijakan dan pandangannya terkait rencana pengadaan program One Student One Book. Selanjutnya, berkonsultasi dengan wakasek kesiswaan dan masing-masing wali kelas sebagai bentuk tindak lanjut dari hasil observasi terkait rendahnya jumlah pengunjung perpustakaan dan hasil diskusi dengan peserta didik.

Selain itu, saya juga berdiskusi dengan pegawai perpustakaan, wali kelas dan pembina komunitas literasi untuk meminta saran dan masukan terkait pengadaan program ini. Dan, terakhir melibatkan peserta didik untuk menguatkan ide di tahap awal melalui diskusi di kelas.

 

Pada Tahp A (Ambil Pelajaran)

Saya bersama peserta didik sudah melakukan berbagai tindakan untuk mengumpulkan informasi, demi menguatkan dan memperkaya referensi kami, untuk mewujudkan tujuan dalam program One Student One Book, agar murid dapat mengembangkan kreativitas dan melatih keterampilan menulisnya demi menciptakan karya sastra atau buku fiksi.

Beberapa tindakan yang saya lakukan dengan peserta didik, yakni:

  • Melakukan diskusi dengan pembina komunitas literasi yang juga memiliki karya sastra.
  • Melakukan diskusi dengan peserta didik yang sudah memiliki buku cetak berupa antologi puisi
  • Mencari tahu dan mencatat bagaimana caranya peserta didik tersebut dapat mencipatakan karya dan memiliki buku antologi puisi
  • Berdiskusi dengan wakasek kurikulum untuk mengidentifikasi kebijakan yang mendukung program literasi murid

 

  1. Feeling ( Perasaan )

Pada Tahap B (Buat pertanyaan Umum)

Pada saat melaksanakan aksi nyata tahap B (Buat Pertanyaan Umum) ini, saya merasakan kecemasan karena cemas jika kepala sekolah, guru, wali kelas, dan pembina literasi tidak merespon kegiatan ini. Namun, karena tekad kuat, akhirnya saya melaksanakannya dengan penuh keyakinan. Dan, ternyata respon mereka melampaui dari apa yang saya harapkan. Karena, mereka tidak menyangka bahwa saya dan murid berpikir jauh seperti itu untuk pemenuhan buku di perpustakaan. Berbagai respon positif yang diberikan. Bahkan, wakasek ingin membeli buku dalam jumlah yang banyak untuk memenuhi kebutuhan murid tersebut. Pembina komunitas literasi juga sangat berterima kasih, karena ia merasa terbantu untuk membina literasi di SMA Negeri 1 Malunda melalui program ini.

           

 

            Pada Tahp A (Ambil Pelajaran)

Pada saat melaksanakan aksi nyata tahap A (Ambil Pelajaran), saya merasakan senang karena mendapatkan ilmu baru dari pembina literasi dan peserta didik yang juga sudah memiliki karya sebuah buku antologi puisi. Usaha yang ia lakukan, menjadi motivasi saya secara pribadi untuk tetap optimis dapat mewujudkan tujuan program ini. Meskipun, berbagai rintangan dihadapi saat masa pandemi, namun tidak menyurutkan semangatnya untuk tetap belajar meski hanya di rumah. Dan, prestasi yang sangat membahagiakan, tulisannya masuk nominasi "Terbaik", sehingga karyanya tercatat dalam buku antologi puisi.

  1.  Finding ( Pembelajaran )

Pada Tahap B (Buat pertanyaan Umum)

Pembelajaran yang saya dapatkan dari aksi nyata tahap B (Buat Pertanyaan Umum) ini, bahwa semakin banyak berdiskusi dan berkoordinasi dengan orang lain, maka ide-pun semakin banyak terserap dan semakin matang, karena adanya saran dan masukan melalui diskusi yang dilakukan dengan kepala sekolah, wakasek kesiswaan, wali kelas, pembina organisasi dan pegawai perpustakaan, serta dilengkapi dengan diskusi dengan murid yang tidak kalah dengan saran masukan yang sangat membangun untuk kemajuan program One Studet One Book ini.

 

Pada Tahp A (Ambil Pelajaran)

Pembelajaran yang saya dapatkan dari aksi nyata tahap A (Ambil Pelajaran) ini, bahwa ilmu tidak hanya datang dari orang yang lebih dewasa, tetapi murid kitapun bisa menjadi guru buat kita. Karena, terkadang ada tindakan yang sudah berhasil ia lakukan, namun belum kita lakukan.

 

 

  1. Future ( Penerapan )

Pada Tahap B (Buat pertanyaan Umum)

Melalui kegiatan diskusi dengan warga sekolah, diharapkan program ini dapat terealisasi. Namun, tentunya akan ada tantangan dari setiap tindakan, sehingga saya akan memaksimalkan kerja kolaboratif untuk menunjang ketercapain dari program One Student One Book. Dan, tetap mengambil langkah yang sama jika terjadi masalah dipelaksanaannya nanti, yakni berkoordinasi dengan pihak terkait.

 

     Pada Tahp A (Ambil Pelajaran)

Melalui kegiatan diskusi dengan pembina literasi dan murid yang sudah berhasil mencetak buku, saya akan menerapkan strategi yang diterapkannya hingga dapat menciptakan suatu karya dan dicetak dalam buku. Yang sangat relevan dengan program ini. Salah satu strategi yang disampaikan, bahwa ketika kita dalam keadaan terpuruk atau sedang terlintas kata-kata dalam pikiran, maka bersegeralah untuk menulis, karena kesempatan itu tidak datang dua kali.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

JURNAL REFLEKSI DWI MINGGUAN MODUL 2.3

Jurnal Refleksi Dwi Mingguan Pendidikan Guru Penggerak Modul 2.1

Jurnal Refleksi Dwi Mingguan Modul 3.3